Pergi malam-malam dan ada aja anak laki-laki usia belasan sampai awal dua puluhan nongkrong sepanjang jalan; entah di hik, di halaman rumah orang, cafe, hingga bengkel yang demi apa sampai jam 9 malam masih buka.
Lalu aku nyletuk, "Kaisar sok mben piye yo?". Mas Bely jawab kurleb gini, "Ya nggak papa nongkrong, kenapa dilarang. Toh cuma duduk main hp sesekali ngobrol dengan teman. Lagi pula mana ada laki-laki Ngreden (red. Desa kami) yang nggak nongkrong. Aku ndisik yo nongkrong".
Dan dengan nada ngezelin aku bilang, "nek gawene nongkrong po mungkin iso kerjo ndek UNDP". Dan mas Bely, "Yo hoo yo. Mosok uripe ndak wengi mung arep dientekne dinggo hal ra manfaat".
Yes, that's the point. Apa manfaat nongkrong? Nggak ada sama sekali kecuali punya teman. Dari sudut pandangku yang sudah lewat dua puluhan, lebih baik tidak punya teman dari pada berteman dengan mereka yang toxic. Kalau masih remaja memang bisa berpikir sejauh itu? Belum lagi soal bullying, bakal dihina karena laki kok nggak nongkrong, dst dsb.
Rumit amat cuma masalah nongkrong doang. Karena ya memang, percayalah setelah tahu bahwa tespek menunjukkan dua garis biru, detik itu juga hidupmu mulai complicated. Makanya punya anak satu aja biar mumet mikir satu doang. Kalau banyak anak ya jelas frekuensi dan konsistensi mumetnya akan meningkat. Bisa gila kalau aku mah. Mohon maaf ya imanku memang serendah itu.
Sejauh ini kami belum menemukan solusi tertepat karena selain tidak tahu dua belas tahun lagi pergaulan di desa kami akan seperti apa dan atau kami akan tinggal dimana. Yang jelas jawaban termasuk akal sementara ini adalah carikan kegiatan yang positif.
Anak-anak dan remaja itu energinya berlimpah baik pikiran maupun kekuatan. Tapi kadang mereka bingung mau ngapain karena tidak ada hal bermanfaat yang bisa dikerjakan. Makanya kerjaan mereka ya mengerjakan hal-hal tidak manfaat bahkan cenderung merugi. Solusinya carikan kegiatan positif; yang bermanfaat, bermakna, mengembangkan diri mereka, membantu mereka gemilang di masa depan. Dan yang paling penting adalah dekatkan pada Tuhan.
Berbekal dari observasi bakat alaminya sampai dengan usia dua, aku sudah pikirkan beberapa hal yang mungkin bisa Kaisar kerjakan di masa remaja. Mana yang akan kejadian ya lihat saja dulu dia akan interest dimana.
Dan aku mengajak kalian untuk observasi anak kalian kiranya berbakat dibidang apa. Lalu carikan kegiatan yang bisa menunjang bakat alaminya sebagai penyalur energi berlimpah mereka di masa remaja. Kalau kalian tidak mau ya tidak apa-apa. Tidak memaksa sama sekali. Hanya, alangkah baiknya kalau semua hal tentang anak diobservasi dan dirumuskan sedari mereka kecil karena akan memudahkan orang tua membesarkan anak dalam jalan yang benar.
Kalaupun sudah diupayakan begini begitu ternyata Kaisar maunya masih nongkrong dengan teman-teman, ya mau diapa. Yang Allah nilai itu usaha alias prosesnya kan ya, bukan hasil akhir. Asal sudah keras berusaha, berproses sebaik mungkin, berdoa penuh harap dan rasa cemas; hasil akhirnya biar Allah yang tetapkan. Dia anak kami tapi kami tidak berhak menjadikan dia sebagai atau seperti kami. Toh anak remaja kalau dilarang-larang gitu bukannya malah jadi pembangkang berat ya.
Makanya dasar moral itu perlu banget. Sedari kecil, sedari dia nol tahun, sebagai orang tua kami berusaha contohkan dia value yang baik dengan harapan dia tumbuh dengan value sesuai dengan ajaran kami. Menanamkan keyakinan padanya bahwa kami satu-satunya yang dapat dipercaya dan membuatnya nyaman dalam setiap keadaan. Bukan pada teman-teman yang entah berlatar belakang seperti apa, tapi pada kamilah dia senang bergaul. Harapannya ya. Berharap muluk tidak dosa kan. Nyatanya sebagian besar remaja lebih percaya pada teman dan lebih nyaman dengan teman. Kalau dapat teman dengan value yang baik sih kepeneran ya. Tapi kalau temannya zonk. Ya wasalam.
Karena aku bukan ibu yang akan melarang Kaisar bergaul dengan X atau Y. Jadi lebih baik aku bikin dia lebih percaya dan nyaman denganku dari pada sibuk melarang Kaisar tidak boleh berteman dengan sesiapa. Lagi pula aku yakin, makin besar dia akan makin paham bahwa menghindari orang-orang beracun itu wajib.
Melarang anak nongkrong apa berarti melarang anak punya teman? Nongkrong dan punya teman bagiku sesuatu yang bedanya jelas. Punya teman itu ya yang membawa manfaat, bukan yang mengajak atau bisa diajak pada sesuatu yang tidak bermanfaat macam nongkrong. Pun, maksud dari nongkrong itu suatu pekerjaan yang hampir setiap malam kumpul di suatu tempat yaaa. Garis bawahi, hampir setiap malam. Bukan malam-malam tertentu misal malam liburan aja. Gimana, khawatir kan kalau tiap malam anak remajaku pamit, "Ma, dolan dulu". Akan klenger aku, JELAS.
0 komentar:
Posting Komentar