untuk diri

on Selasa, 16 April 2013


Apa yang kau lakukan terhadapku?
Mengapa tanyaku senaif itu.
Egoisnya tak terkira.
Pernahkah aku bertanya “Apa yang kulakukan terhadapmu?”

Membalik situasi ketika hatiku tersakiti.
Bukankah guru istimewa fisikaku pernah mengajarkan mengenai hukum Newton berkaitan dengan gaya.
Yang ku beri, sama dengan yang ku terima.

Lantas, mengapa tanyaku masih mementingkan diri tanpa memerhati yang ku beri?

Kau senantiasa ada, sejauh apa aku memunggungi.
Kau tak pernah beranjak, seburuk apa lakuku mengkkufuri nikmat.
Kau setia menugguku pulang, membukakan pintu rumah ramah, selelah apa perjalanan yang ku tempuh.

Lantas, mengapa tak jua aku sadar, untuk mengoreksi tanyaku ulang.
Apa yang kulakukan terhadapmu?

Bahkan pada hamba-Mu, aku melulu lupa menanya pada diriku, menginstropeksi tingkah, menganalisa khilaf, meminta maaf.
Ya, aku selalu dan lagi-lagi lupa.

witen by @niahaji

mungkin, emosi..

on Jumat, 12 April 2013


Ketika hidup begitu berat dan aku menikmati tubi sakit yang ia cipta.

Di sela kesibukkan pagi.
Menanti mentari cepat-cepat meninggi untuk menghangati.
Tertegun aku membaca tulisan dari jejaring sosial orang.
Mengingat rasa takutku belakangan.
Diikuti cemas dan kebimbangan.

Biarkan sudah saja dan kembali seperti sedia kala.
Mari menepi mempersilahkan semua problema berlari.
Namun aku, dengan kepolosan dan nol pengetahuan.
Senantiasa menikmati setiap rasa yang sedang menginang dengan atau tanpa kupikirkan.
Namun aku, dengan rasa simpatikku pada kehidupan
Mulai merenung di depan jendela, memeluk tubuh erat, seakan akan ada angin kencang yang merebutkan sel-selku jadi santapan.

Dan aku, yang tak pernah punya guru,
Ah, aku memang terlalu perasa –sudah berapa kali kukata-
Aku, menangis di tengah subuh dan dhuha yang keduanya sama-sama belum ku lakoni.
Aku, kalut dengan perasaan yang kunikmati.
Bersiap melepas, namun ada rasa tidak tega karena aku mulai jatuh cinta.

Ya, aku mulai jatuh cinta dengan perasaan yang tak pernah luput kunikmati.
Layaknya semua rasa hati
Jatuh karena berani mendekati.
Dan aku, penikmat candu rasa, tak akan membiarkan ia berlalu tanpa kejelasan.
Tidak akan ada pisah, sampai ia benar-benar tuntas terlepas.
Terus ku genggang, hingga ia bosan menggandeng tangan.

My room. Jumat, 12-04-2013. 5:56
witen by @niahaji

perasa

on Rabu, 10 April 2013
Pernahkah kamu merasa—
Ah, sudahlah, barangkali aku yang terlalu perasa.

Namun benar, aku tak lagi dapat menahan, gelora untuk balas mengumpat, panggilan untuk tamparan—
Ah, sudahlah, aku memang terlalu perasa.

“Wah, enak sekali bisa bolos.” Kata seorang teman dari kejauhan-ia berjalan sambil menggumam. Sementara aku, ada amarah benci yang mengamuk ingin dilegakan.
Aku, yang duduk di bawah kanopi plastik berwarna hijau muda, menanti teman dekat lewat, tak lepas dari pikiran menampar pipinya di muka banyak mata.
Ya, memang akulah yang perasa.

Dan masih jadi tanya, jikalau membolos adalah hal menyenangkan, mengapa ia tidak lakukan? Toh, kita punya hak dan kesempatan yang sama, apa salahnya melakukan hal serupa?

Perkara besarnya..
Perkenalan kita berumur kemarin.
Lantas, mengapa ia berani menjudge tanpa meminta kejelasan dari bibirku?
Siapa ia? Tidakkah bisa menahan rasa karena kita sama-sama wanita?
Raba halus sensitifitas bisa menyakiti bahkan menimbulkan infeksi.

Barangkali aku perlu mengulas detail, tentang rasa yang banyak ku beri nama..
Barangkali aku harus bercerita, dengan gayaku yang pernah ia hina

My room. Rabu, 10-04-2013.
witen by @niahaji

END NOW



Pun, detik tepat di malam ini, aku masih mengiang tanyamu yang menohok sanubariku.
“Mengapa kamu meninggalkannya?” Seketika, amukanku meradang, sungguh. Namun, penuh jerih ku tahan.
“Memang kalian dari dulu akrab?” lanjutnya.
Dan sebelum tanya itu mengusikku, pernyataanmu,, ah, pertanyaanmu menggetarkan benci yang sama antara kau dan wanita itu dalam hatiku.
“Dulu kalian tidak dekat, bukan?” Pandangnya mengarah sinis padaku dan karib baru. “Kamu dan dialah justru yang kemana-mana bersama.”
Aku menatab karibku datar, dan sekedar lampu peringatan, agar tak ada kecurigian.
“Haha, haruskah aku mengajaknya bergabung bersama kami? Akan ada rasa tidak enak tentu. Dia punya cara hidupnya sendiri.” Jawabku. Sedikit memaksa untuk mencairkan suasana.
Demi Tuhan, cukup siang tadi saja. Jangan ada yang lagi bertanya. Serasa aku pengkhianat persahabatan.
Demi Tuhan, aku benci.     
Mengapa angkuh terlebih dulu mengumbar caci dari pada mendengarkan untuk mengerti?
Mengapa tuli memahami, sementara diri minta dihargai?
Mengapa menilai, tanpa acuh selami situasi?

Kamu tidak mengerti, betapa aku berusaha menyelami dunianya dua tahun belakangan.
Kamu tidak memahami, balas lakunya terhadap tingkahku yang sudi terus mendampingi.
Kamu tidak kenal situasi, jika mengataiku tak patuh kompromi.

Dia dekat saat aku di atas, pergi saat aku di bawah, tidak kenal jika ia rasa aku kampungan, menghinndar ketika aku butuh pengajaran.
Haruskah aku tetap mengimbangi sikapnya yang tak tahu balas budi?
Membuka diri ketika ia butuh, meratap sendiri di saat hati butuh ditemani?
“Mengapa kamu meninggalkannya?”
Ah, tanya itu. Sakitnya masih menganga.
Jika boleh aku balas menanya.
“Mengapa kamu tidak menanyaiku, “mengapa aku memilih pergi, ada sesuatu kah dalam dirinya yang menyakiti sensitifitasku?””.
Ya, aku mohon, tanyakan padaku. Bagiku, dia bukan orang yang paham bahasa rasa, yang peka jeritan jiwa.
Sudah, kamu dan dia cukup mengganggu rancu hidupku. Namun keberadaan mereka cukup pula menenangkan kegamangan. Terima kasih kalian J

My room. Selasa, 09-04-2013. 19:17
witen by @niahaji

sudahkah kita memberi hari ini ? :)



Gelas yang senantias ku tuangi air mengapa tidak pernah tumpah?
Karena begitu penuh aku memperbesar volumenya.
Sampai-sampai tidak pernah ada sisa untuk orang lain.
Tidak peduli betapa mereka dahaga, merengek meminta, namun aku menulikan telinga...

Tetiba, gelasku pecah dan aku berteriak mengiba.
Mereka mendecak pinggang, lalu memunggungiku yang penuh kengerian.
Aku gila akan harta, lalu kini ditinggal setelah tidak punya.
Aku benar-benar papa..
Sesalku, mengapa dulu abai pada memberi?

1C203. Jumat, 15-03-2013. Sore hari..


witen by @niahaji