--

on Minggu, 29 September 2013


Bahkan aku tidak yakin haruskah memulainya dari sini

Mengenai sehari yang hanya 24 jam, mengenai capaian hasil yang ku peroleh, mengenai panjang proses yang ku lalui, mengenai fasilitas yang terbatas.

Aku hanya bingung, mengapa 24 jam begitu cepatnya berlalu, tanpa hasil yang melambungkan namaku, sedang aku merasa cukup lelah akan panjang proses yang ku tempuh di tengah fasilitas yang terbatas.

Namun iyakah pengukuran hasil hanya sebatas pada angka, baik itu nilai akademis tinggi atau uang hasil kerja yang banyak?

Aku Guru, berkewajiban mencerdaskan bangsa bukan mengejar uang perolehan hasil mengajar. Memintarkan orang bukan bisnis, tapi naluri, sebagaimana yang dasar negara tegaskan.

Gamang untuk melanjutkan, namun sulit memutuskan untuk berhenti dan kembali.
Aku Guru dan setiap manusia diuji pada prakara yang paling sulit baginya. Namun begitu, Ia selalu memberi jalan. Keikhlasan, amal jariyah, ibadah.
Aku melakukannya untuk kami. Allah berilah kemuidahan hidup di masa depan. Untuk kami, happy small family :)
witen by @niahaji

karang, akuu..



Hallo Karang,
Sudahkan di tengahmu mekar bebunga?
Apakah ia mawar?
Ah, mana mungkin mawar tumbuh di atas tegarnya karang!

Lama tidak menjumpaimu karang
Bagaimana kabar gerangan?
Aku lebih dari tidak kurang satu apapun, kecuali ketegaran
Ya, aku rindu padamu karang.
Ku harap kau merasa hal yang sama

Hanya ingin membagi secuil lara
Semoga tegarmu menulari rapuhku
Mengenai sepenggal cerita
Anak manusia yang bimbang melantun di tengah semarak kicau burung beradu, aku, dan raguku.

Ia bukan sesiapa, atau bagaimana, atau apa
Ia menyendiri di tengah kerumunan, sekuat tenaga menutupi nestapa
Sendirinya, yang mengarahkan tatapku padanya, dan aku menemukan yang selama ini kuelak mentah-mentah, bahwa di atas karang, tumbuh setangkai mawar.
Ia gadis cantik yang dibalut kesederhanaan, di tengah kerumunan yang bertabur hingar bingar.

Tetiba, senyum terlempar ke arahku,
Barangkali bayaran untuk tatapan yang membelak,
Ia, cantik sekali, meski penuh dengan kesederhanaan, paling cantik di antara kerumunan.

“Hallo, namaku Rosie. Aku berasal dari pelosok desa nan jauh dari gemerlap kota. Ayahku meninggal ketika aku berusia tujuh. Ibuku buruh yang bekerja pada juragan beras di desa kami. Salam kenal.”

Namun tatapnya hangat, jabat tangannya menenangkan, senyumnya santun bersahaja.

witen by @niahaji

lama sekalii..

Bukan tidak ada, selalu banyak cerita yang ingin ku abadikan. Sayangnya aku bukan manusia yang berkesempatan membagi waktu dengan baik.

Dimulai dari perkumpulan ini. Sebelumnya aku tidak pernah menyangka hasilnya akan sepositif sekarang. Meski dalam kumpulan itu, aku hanya berdiri paling belakang, berjinjit-jinjit melihat depan yang setiap detak detik mencipta karya luar biasa dan bisa dioleh-olehkan untuk orang rumah dan teman dekat.

Sesekali aku berpaling, menuliskan kunci sukses mereka yang kuamati lewat panggung belakang, mengevaluasi banyak tentangku, mencatatnya sesempurna mungkin meski tetap saja terdapat banyak kekurangan.
Mulanya aku tidak percaya, bahwa rahasia mereka adalah pusaran yang tak pernah diam, tidak ada penundaan, ya, mobilitas yang luar biasa kencang.

Sedang aku, yang masih bukan apa-apa, tetap berstatus apa layaknya tanpa banyak perubahan. Padahal, aku lelah, merasa jalanku mendekati titik jenuh, namun tidak membawa hasil apa-apa yang bisa kuhadiahkan untuk orang rumah dan teman dekat. Adakah yang salah?

Barangkali waktu tidurku yang terlalu panjang, atau efisiensi waktu yang kurang, atau karena aku yang memang lamban? Barangkali memang semua itulah pembeda antara aku dan kumpulan itu. Aku tidak berani untuk berevolusi, tidak punya nyali mengucap “permisi, bolehkan saya ikut berkontribusi?".

Namun tak apa, kumpulan itu menyemangatiku untuk melompati titik jenuh. Perbaikan kualitas, bukan kuantitas, apalagi sekedar kuantitatif  hitam di atas putih, reputasi di mata orang, atau banyak uang yang dikumpulkan.

Aku bersyukur Allah, penyadaran ternyata sesederhana ini. dekatkan aku dengan kumpulan itu. Sinergi kebaikan yang terpancar bahkan sekedar melalui jabat tangan. Tularkan padaku, agar aku bisa memperbaiki diri, menularkan perbaikan itu kepada lingkungan terdekatku.
Karena aku seorang guru.
witen by @niahaji