Metik Mangga Mas Eno

on Rabu, 30 Oktober 2019

Kemarin Kaisar main ke rumah mbah kidul sama mas Bely. Aku nyusul belakangan karena sebelum ngurus gas ke kidul, rutinitas pagiku harus kelar dulu. Biasalah, makhluk ambi semi halu yang perfeksionis.

Waktu sampai kidul mbah ti cerita kalau mangga yang belum matang dan tergeletak di pojokan itu hasil petikan Kaisar. Aku lupa nanggapi gimana yang jelas aku belum ngeh kalau Kaisar diajari "mengambil yang bukan haknya".

Masuk ke rumah dan nonton galeri foto di hp mbah ti karena mau mindah file. Nggak sengaja, mak sliwer lihat Kaisar dibopong papa di kepala atau pundak (entah nggak begitu jelas juga lihatnya), metik mangga tetangga sebelah rumah mbah kidul dan dalam foto itu ekspresi Kaisar semacam ketawa gitu.

Masih nggak ngeh juga kalau Kaisar diajari "mengambil yang bukan haknya".

Pulang ke rumah dan aktivitas lanjutan macam mandi dan mandiin Kaisar lanjut ngeloni. Waktu Kaisar tidur aku baru sadar "Hloh tadi kan metik mangga tanpa ijin yang punya pohon. Walah, value yang nggak ada dalam hidupku nih".

Setelah Kaisar bangun aku bilang ke dia "Mas, kamu tadi metik mangga mas Eno to sama papa? Mana nggak ijin pula. Jangan diulangi hlo mas. Namanya mencuri hlo kalau metik-metik buah orang tanpa seijin yang punya".

Respon Kaisar? Ya ha he ha he doang lah. Tapi bodo amat, setiap nilai harus diajarkan sedari kecil kan. Selain kasih contoh, kasih pengertian lewat obrolan juga. Ajari "berbicara" mengkomunikasikan apa-apa yang ingin disampaikan. Jangan takut anak tidak paham karena sejatinya anak-anak itu pintar.

Pernah mikir nggak kenapa anak umur 0 sampai 3 itu peningkatan kemampuan hidupnya luar biasa tapi tingkahnya ngeselin sempurna? Karena mereka berpikir dengan pikiran bawah sadar mereka. Makanya cepet pinter dan apa-apa yang mereka dapat akan menjadi diri mereka alias dibawa sampai besar nanti.

Jadi jangan menyinyirku kalau aku agak keras dengan aturan Kaisar tidak boleh main sendiri tanpa aku dan atau mas Bely. Nyatanya main sama mas Bely aja masih kecolongan dikasih contoh nilai yang seharusnya tidak diajarkan. Padahal aku sudah sering briefing mas Bely harus gini dan gitu.

Lalu kalian menyinyirku ngatur bojo? Atau hanya pikiran negatifku saja lol. Percayalah gaes mas Bely sangat percaya padaku karena memang semua yang aku terapkan dalam hidupku berbasis data ilmiah yang bisa dipikir akal alias logis. Biasalah, kalau kalian deket sama aku pasti tahu aku anak yang gimana. Bahkan ada temen yang bilang "koe ra edan to Ni karo ambisi lan perfeksionismu sing ra ketandingan sak ndoyo kui?". Hla kenapa harus gila sih. Justru aku akan gila kalau nggak punya ambisi yang semi halu dan penuh perfeksionitas itu.

Kembali soal metik mangga tetangga tanpa ijin yang punya. Sore hari waktu mau ke rumah uyut sama Sheza, kami ketemu mas Eno, anak pemilik mangga sebelah rumah mbah kidul. Aku minta ijin sama dia dan bilang makasih dan maaf. Sengaja, Kaisar harus tahu, terbiasa dengan contoh dan harapannya mau menerapkan dalam hidup dia.

Sepele ya, cuma metik mangga doang jadi tulisan panjang. Jangan sepelekan hlo, btw. Sungguhlah hal-hal sepele begini ini yang menumbuhkan bibit-bibit mudah mengharamkan yang halal semacam memakan yang bukan haknya di kemudian hari, pada masa dewasanya nanti. Mengingat anak-anak cepat pintar, yuk lah orang dewasa ikutan belajar agar anak-anak tumbuh menjadi orang dewasa yang pintar dan berakhlak mulia. Kalau bukan orang dewasa yang kasih contoh, siapa lagi sih. Pastikan semua nilai yang ingin ditanamkan dalam diri anak sesuai dengan syariat. Insya Allah, Allah mudahkan. Kalaulah nanti dewasanya ia bukan seperti yang kita pinta dalam harap dan doa, semua cerita ada pengarangnya. Tugas kita hanya menyontohi dan mendoakan saja. Serahkan hasil pada Sang Pemilik Kuasa.

Kebodohamatan Demi Keselamatan

on Kamis, 24 Oktober 2019

Kalau ada yang menyinyir soal caraku membesarkan Kaisar, aku jadi ragu dan banyak menanya pada diriku. Tapi melihat Kaisar tumbuh besar secerdas sekarang di tengah banyak keterbatasan, aku merasa bahwa tidak ada yang keliru dan yang perlu aku lakukan hanya tetap belajar plus tutup telinga rapat-rapat.

Beberapa waktu lalu Kaisar diajak kakek neneknya ke rumah mbah buyut. Aku nggak kasih ijin karena aku memang tidak mau dia main sendiri tanpa aku atau mas Bely. Karena kemarin beberapa hari aku tinggal serumah hampir seharian sama mbah ti ku, beliau tahu kejadian ini dong. Aku kena omel habis-habisan. Tapi ya nggak papa, kami beda generasi dan wajar kalau sudutku memandang beda dengan mbah ti. Aku diam saja tidak banyak komentar.

Alasanku kenapa tidak boleh? Pertama, karena sejujurnya aku sempat kasih ijin Kaisar main sendiri tanpa aku dan atau mas Bely. Pulang-pulang sakit dong. Aku nggak mau kejadian serupa terulang lagi karena anak sakit itu capek kan ya. Ndilalah juga aku baca buku dan dari buku itu aku tahu bahwa anak dibawah tiga tahun berpikirnya masih pakai alam bawah sadar. Karena berpikir dengan alam bawah sadar itulah tiga tahun pertama hidupnya adalah penentu kepribadiaan yang akan membentuknya dewasa nanti. Lalu aku mikir, "oh berarti selama tiga tahun pertama memang lebih aman kalau main harus didampingi aku dan atau mas Bely ya". Jadi sekiranya ada hal yang tidak sesuai value kami sebagai orang tua, kami bisa "selamatkan" anak kami.

Kecuali kalau semua orang dicircleku adalah mereka yang senilai dan sepaham dengan aku. Tapi ya mana mungkin sih bisa meminta semua orang senilai dan sepaham dengan kita. Makanya aku main aman aja. Anak satu kalau nggak dieman mau diapain, mosok dibikinin adek. Hlo nggak nyambung lol.

Kalau orang lain tahu kejadian ini, mungkin mereka akan berpikir sama seperti mbah ti ku, "wong gur dijak mbahe we ra oleh". Bisa juga aku dihujat sebagai mantu durhaka karena mertua mau ajak cucu ke rumah buyutnya saja tidak dikasih ijin. Ya tidak papa, wong mulut punya kalian dan keputusan tetap aku yang buat meskipun kalian nglambe neko-neko lol. Kalau main cuma sebentar tanpa aku dan atau mas Bely dan cuma di rumah kakek nenek nggak keluar cirlce yang lebih besar, aku masih kasih ijin kok. Tapi kalau kiranya berdurasi lama dan keluar circle yang lebih besar macam di rumah uyut yang banyak orang, mohon maaf aku emang membatasi. Harus ada aku dan atau mas Bely.

Seperti yang aku bilang di atas, kita tidak bisa memaksa semua orang senilai dan sepaham dengan kita. Makanya lebih baik cari aman untuk tidak banyak memberi waktu pada anak yang berpikirnya masih dengan alam bawah sadar untuk main sendiri tanpa orang dewasa yang valuenya sama dengan aku (a.k.a mas Bely karena selama ini yang bisa kusetir untuk menyamakan frekuensi value hanya mas Bely lol). Aku nggak mau lah anakku terpapar value yang jauh dari aku.

Nggak mau anak terpapar terlalu banyak value karena dia sendiri tidak bisa menyaring mana yang good dan bad. Susah banget hlo menyamakan value yang tidak sefrekuensi. Jadi lebih baik jauhkan anak-anak dari value yang tidak sefrekuensi darimu.

Dinyinyir? Hla lambe-lambe itu nggak punya kerjaan kok. Kasihlah mereka pekerjaan dengan menyinyirmu. Hidupmu dan anakmu akan tetap baik-baik saja meskipun banyak kena nyinyiran. Justru akan tidak baik-baik saja kalau kamu kasih banyak ruang dan waktu anakmu berada di circle yang valuenya tidak sefrekuensi denganmu. Percaya deh, nyinyiran itu lebih indah dari pada anak yang terkorban.

Makanya kalau nggak kenal dekat itu jangan kebanyakan ngomentarin karena sejatinya kita tidak tahu hidup orang seperti apa. Apalagi kalau cuma dengar dari katanya katanya. Tahan mulut untuk bersuara. Apa itu dalih kasih masukan, urusi dulu hidupmu yang aku yakin banyak berantakan. Kasian hlo sama yang dikasih masukan. Bisa jadi bukannya kasih solusi tapi malah nambah pikiran yang bukan-bukan.

Eh kalau kamu emang hobi kasih komentar ya komen aja deh. Suka-suka kamu yang njalani hidupku. Pesanku kamu banyak belajar aja dulu. Belajar lewat media apapun yang bisa nambah pengetahuanmu. Jadi kalau kamu ngomong bukan sekedar katanya tapi pakai data. Hidup bermakna itu kalau otak kita berisi hlo, percayalah padaku.