Bukan Sekedar Pindahan

on Sabtu, 12 Januari 2019
Setelah baca tulisanku tentang kepengenan jauhin anak dari lingkungan yang menurutku tidak sesuai dengan nilai baik dan benar versiku, suami komen "Nek koe pengen pindah omah, aku siap". Enggak sih, poinnya bukan sekedar pindahan omah menurutku.

Jauhin anak dari lingkungan yang nggak sesuai sama nilai kita bisa lewat sekolah, atau aktivitas luar rumah misal course atau ajak anak bisnisan apa gitu (yang terakhir ini mohon doa ya, moga segera realisasi, lancar, dan berkah rizkinya). Asal tiap hari pergi dari rumah, nggak ngendon aja di rumah.

Dulu lulus SD aku sekolah di SMP yang pada masanya, bagiku dan keluarga udah pride banget bisa sekolah disana. Secara, di kotaku aja belum ada jenis sekolah cem SMPku pada masa itu. Dan karena sekolahku full day, aku jadi nggak pernah maen bahkan ke rumah mbah tiku yang cuman 100m dari rumahku. Bagi ibuku kala itu, nilai dikeluarga besar kami tidak sesuai dengan nilai ibuku. Makanya ibuku jauhin aku dengan sekolah full day. Waktu itu aku baik-baik sajakah? Jelas tidak ya. Tidak sama sekali. Tapi pada akhirnya setelah aku dewasa, aku sebersyukur ini kok. Terima kasih, mama, bapak.

Jadi, misal pun nanti Kaisar harus banget sekolah di sekolah sekitar lingkungan kami, ya nggak pa-pa banget. Tapi habis sekolah, ambil course sampai malam. Akhir pekan kita pergi kemana gitu sekeluarga. Biar aja dikata nggak pernah srawung orang. Kenapa banget harus srawung kalau emang bagi kita nggak sesuai, nggak cocok aja gitu.

Sampai-sampai aku pernah dikatai temenku "Koe ki wong ndeso tapi kok ra ngetoki nek ndeso to". Bukan masalah fashion atau logat sih ini. Lebih ke mind set aja. Temenku merasa cara berpikirku luas gitu, dan seenggak peduli itu dengan nggak akrab sama tetangga. Bodo amat dah! Lol.

Bedeweh aku emang tinggal dilingkungan yang (sekarang ini hlo ya, moga nanti membaik dengan menjamurnya ilmu yang gampang diakses) tingkat pendidikan masyarakatnya masih rendah. Ilmu apapun ya, nggak cuman ilmu yang didapat dari sekolah tapi juga ilmu agama gitu-gitu. Tahu sendiri kan, kalau pendidikan rendah dampak buruknya kemana-mana. Aku agak malas untuk tulis takutnya nggak bisa rem emosiku. Nggak kondusif bangetlah untuk gedein anak kalau kataku. 

Karena Jadi Orang Tua itu BERAT

Ketika anak umur satu, suka ditontondengarkan dangdut dengan penyanyai aduhai yang joget-joget sambil mendesah manjah.
Kalau nonton dan dengar begituan sudah jadi kebiasaan, ketika sudah dewasa maunya lihat yang lebih aduhai.
Lebih dewasa lagi, ikut nonton kalau ada acara dangdutan. Iya, nonton live para mbak-mbak cantik itu berjoget tak pantas.
Makin gede, udah nggak sekedar nonton, tapi ikut joget-joget.
Lama-lama ikut joget aja nggak cukup. Sambil grepe-grepe para biduan juga.

Terus nanti endingnya kalau metengi anak orang kita bilang ke anak "BOCAH KOK NGISIN-NGISINI WONG TUO". Hai, wong tuo, siapa juga yang nggak bisa jaga anak? Dieling-eling lagi ya, pakde bude semua.

Kalau pun belum sampai tahap metengi anak orang, icip-icip seks bebas udah banget lah. Dan sebagai orang tua, antara tutup mata dan pura-pura bodoh atau membodohi diri dengan pembelaan irrasional bahwa anak kita itu suci, baik, nggak neko-neko. Nggak mungkin maen free sex. Lalu ketika semua fakta bahwa memang anak kita sudah bukan lagi perjaka, kita bilang ke mereka "NGATI-ATI NEK KARO WONG WEDOK. OJO NGISIN-NGISINKE WONG TUO".

In case anakku laki ya. Jadi aku gawe umpamanya ya untuk anak laki. Kalau anak perempuan paling ujungnya-karena role model dia biduan-biduan seksi-jadi doyan dandan seksi menarik hati. Kalau ada yang godain awalnya pakai marah-marah dulu. Nanti lama-lama digrepe-grepe bilangnya risih. Makin gede ya, udahlaaah. Habis aja. Bebas semua mau ngapain.

Kalau berakhir dengan hamil, sama, sebagai orang tua kita akan bilang "ANAK KOK NGISIN-NGISINI WONG TUO". Kalau belum sampai tahap hamil tapi kita udah membau ada pergerakan tidak wajar dalam pergaulannya, kita bilang "OJO NGISIN-NGISINI WONG TUO".

Semata aku curhat aja ya. Nggak maksud judge semua kakak-kakak penyanyi dangdut sama dengan perempuan nakal yang hobi aksi porno. Tetep lah yaa, dangdut itu musik tradisional Indonesia dan patut dilestarikan. Tapi kudulaah, ada value yang butuh dijaga. Ye kaaan.

Kalau kalian tinggal di desa pasti paham bener laaah sama yang aku tulis. Nggak tahu juga kenapa, orang desa sukanya nonton dan dengerin dangdut dengan penyanyi yang sensual itu. Anak dibawah umur pun udah ditontondengarkan juga. Sedih nggak sih lihat fenomena begituan? Kalau kamu jadi ibu, kiranya hal apa yang kamu lakukan ketika yang ditontondengarkan itu anakmu? Aku pernah hlo diposisi itu dan aku nggak bisa jaga anakku dari menonton dengar hal-hal yang seharusnya tidak dia saksikan. Semoga sekali itu aja wis, anakku nonton dengar begituan. Big emooooh kalau keulang.

Sebenarnya yang mau aku tekankan disini buibu pakbapak, betapa sejatinya kitalah yang menjerumuskan anak kita menjadi diri yang tidak benar entah dalam nilai apapun. Ketika anak sudah melenceng terlalu jauh dari nilai-nilai yang tertetapkan, kita marah-marah. Padahal kesalahan itu, kita yang mula-mula menanamnya.

Sering juga kita minta anak punya nilai baik dan benar sementara kita nggak pernah ajar dan contohkaan nilai-nilai baik dan benar itu. Kita sendiri pun tidak pernah berusaha punya nilai-nilai yang baik dan benar. Logis kan kalau anak nilainya nggak baik dan nggak benar, kitanya aja zonk.

Maunya punya anak hebat tapi kita sendiri nggak bisa kasih contoh biar jadi hebat itu gimana. Masih sering berharap kembali ketika memberi. Semacam menyayangi dengan ekspektasi gitu. Misal nih, kita berhasil sekolahin anak sampai jenjang tertentu terus anak kerja di tempat yang bagus dan gajinya gede. Sebagai orang tua, kita berharap dikasih jatah bulanan karena merasa berjasa atas capaian anak. Ya Allah buk, udah kewajiban banget ya untuk mengantarkan anak ke depan pintu suksesnya.

Serius hlo. Buanyak orang tua cem gene. Mereka memberi dengan harapan kembali. Baru tahu anak penghasilannya gede aja udah minta neko-neko. Nggak pa-pa banget ya, kasih duit atau apapun ke orang tua. Bahkan tiap bulan kasih sesuatu itu nggak pa-pa banget. Tapi jadi orang tua hendaknya tahu diri lah yaaa. Apalagi kalau anak kita laki (ngingetin diri aja sih). Mereka ngopeni anak istri hloo. Barangkali sebelum mencapai gaji yang besar, mereka pernah terseok-seok bahkan jatuh dalam hutang yang nggak sedikit. Jadi ketika terima gaji besar, sebagian gaji digunakan untuk cicil hutang. Kalau ibuku mengibaratkan padi, baru mulai bertumbuh aja udah dicabut.

Ini kenapa sih kok bahasnya sampai sana. Intermezo sambil tjurhat dikit boleh dong ya. Hlooooooh. Lol lol lol lol.

Balek lagi ke nilai, ah. Keterusan curhat jadi blak-blakan nanti kasih contohnya. Hlohlohlol piye sih. Pengalaman pribadi hlo ini bedeweh. Jujur! Wkwk

Kalau kamu nggak jamin anakmu bakal tumbuh dengan nilai-nilai yang baik disuatu lingkungan, tinggalkan lingkungan itu. Kalau dinyinyir gimana? Kalau lingkungan yang harus ditinggalkan itu masih keluarga gimana?

BODO AMAT!!!

Kamu mau menanggung beratnya nilai buruk yang akan tertanam dalam diri anakmu? Masih mengutamakan pekewuh, ya tanggung sendiri aja kalau anakmu tidak tumbuh sebagai pribadi yang sesuai nilaimu. Jangan salahkan anakmu.

Inget ya semua, nggak ada anak yang salah di dunia ini. Adanya orang tua yang nggak bisa gedein anak dengan benar. Orang tua yang nggak bisa kasih ajar dan contoh nilai-nilai yang baik dan benar.

Iya, jadi orang tua nggak semain-main itu. Ada banyak hal yang harus kita jaga tentang anak kita; perasaannya, dirinya, pikirannya. Malulah pada Allah kalau tidak bisa nggedein anak dengan baik dan benar, bukan pada manusia.

Ps: nanti kalau kamu sudah besar dan kamu baca tulisan ini dan kamu merasa bahwa mama belum bisa ajarkan kamu nilai-nilai yang baik dan benar, maafkan mama ya nang. *dan-nya banyak amat sih lol*

GTMnya Kaisar dan sedikit tentang MPASI

on Minggu, 06 Januari 2019
Dibahas oleh bukan expert ya. Sebatas yang aku tahu aja dan kalau tentang GTM, pure pengalamanku. Satu case, mean casenya Kaisar, nggak bisa dicompare sama case lain.

Ngomong-ngomong, aku mau ngeluh dikit boleh ya. Hari ini kok aku capek buangggweeeet ya. Berasa lebih capek aja dari pada kemaren kemaren dan kemarennya. Mungkin karena momongnya kurang Lillah. Ampunilah ya Allah.

Oke lanjut GTM yang pernah kejadian sama Kaisar. Awal MPASI maemnya lancar. Tapi baru seminggu maem mungkin, udah mulai menunjukkam gejala malas makan. MPASI pertamanya Kaisar itu menu tunggal, btw. Dan murni row material semua tanpa gulgar dan bumbu aromatik. Semenjak dia susah mangap, aku kepikiran untuk kasih bumbu aromatik dan langsung empat bintang. Alhamdulillah mau mangap lagi. Tapi lama-lama aku merasa kok ada yang nggak bener ya dalam perMPASIan ini.

Alhamdulillah aku ketemu sama ig yang bener-bener faedah dan helpful gitu. Akun ignya @metahanindita. Follow yaaa, insya Allah cocok lol. Dokter cerdas nan cantik ini membeberkan fakta perMPASIan via insta story disertai bukti ilmiah yang kredibel. No doubt lah untuk percaya.

Dan benar sodara, aku salah. Salah dalam hal penggunaan gulgar dan ketidaktahuanku tentang takaran per sekali makan. Ternyata penggunaan gulgar untuk MPASI awal itu dibolehkan hlo. Dan per sekali makan, bayi harusnya mampu makan sebanyak takaran yang ditentukan.

Setelah menambahkan gulgar dalam menu MPASI Kaisar, maemnya mulai lahap. Tapi tetap tidak sebanyak yang harusnya ditentukan. Akhirnya aku coba kasih makanan instan (makanan terfortifikasi). Hlah boleh to? Boleh kok. Boleh banget, legal, halal, dan malah menyelamatkan kalau memang urgensi tinggi dalam case tertentu seperti Kaisar ini misal. Baca-baca aja di hilight insta storynya dokter meta.

Lama-lama, makanan terfortifikasi pun Kaisar emoh, pemersah. Sekitaran usia 8 bulan kalau nggak salah. Akhirnya aku menyerah dengan MPASI. Ku kasih aja bubur-bubur beli gitu. Tapi itu nggak lama. Beberapa minggu doang, Kaisar nggak mau mangap lagi makan bubur-bubur beli itu.

Sekitar usia 10 akhirnya aku memutuskan kasih makan Kaisar ala kadarnya aja. Makan apapun makanan yang aku makan nggak peduli sama tekstur juga. Alhamdulillah malah mangapnya lancar lol. Berat badan aman juga. Makin kesini aku makin teledor. Kasih makan bener-bener sembarangan.

Akhirnya umur 12 dia sakit. Habis itu mulai observ habis-habisan dan rajin masak nggak kasih kendor. Kadang males juga deng wkwk. Maaf ya nang.

Ternyata GTM Kaisar selama ini karena dia bosen sama makanan yang dia makan. Akunya kurang variatif dalam kasih makan. Dan beberapa rasa, dia ada yang nggak suka, misal manis. Dia lebih suka agak pedes merica gitu ketimbang rasa manis.
Kaisar juga gak gitu suka kalau makan nasi sama sayur berkuah digabung. Jadi makan nasi dulu sama prohe prona. Habis itu baru makan sayur berkuah.
Kaisar sukanya nasi anget. Kalau nasinya udah dingin, lepeh.
Dan, dia gemar micin. Dia mau makan sama kuah kalau lauknya bakso yang beli di babang tukang bakso. Hlah, micin boleh dikasih ke bayik? Boleh koo, baca-baca aja ignya dokter Meta. Tapi tetep sih, aku bilang ke babang tukang baksonya kalau kasih micinnya dikit aja. Kadang juga suka minta nggak usah kasih micin. Nanti di rumah aku kasih sendiri beberapa biji. Atau kalau nggak bilang nggak usah kasih micin, di rumah kuahnya kutambahin aer. Biar jadi banyak juga kaaan lol.

Ngomongin MPASI nggak lepas dari ngomongin pup juga kaan. Dulu, sebelum umur 12, pupnya luancar. Hampir tiap bangun pagi pup dan ngedennya biasa aja, normal. Masuk umur 12 sampai sekarang ngedennya suka horor. Pernah lima hari baru pup. Dan aku nggak treathmen khusus, bodohnya itu. Harusnya kupijat ILU kan yaa. Eh, ini akunya teledor banget. Semenjak dia sakit di umur 12, kalau udah 2 hari nggak pup, malam hari waktu dia tidur kupijat ILU sambil berdoa moga pup lancar. Dan ngefek sih pijat ILU ini kalau di Kaisar. Tapi tetep, kadang ngedennya suka horor.

Aku kadang berpikir untuk turun tekstur. Tapi kenapa harus turun tekstur kalau di tekstur yang sekarang dia nggak GTM. Galaunya ya masalah pupnya. Padahal minum air putihnya buanyak kenapa masih susah pup ya. Sementara ini dugaanku karena dia jarang makan buah macam buah naga gitu. Dia nggak doyan entah kenapa. Pisang sama pepaya juga jarang. Pisang masih mau sih. Kalau pepaya dia nggak doyan juga. Mungkin aku perlu lebih rajin dan kerja keras biar dia doyan sama buah-buahan. Jujur ya, aku kurang kerja keras dibagian kasih buah sama sayur selama ini.

Sekali lagi, semua itu semata sharing pengalamanku dan aku nggak punya DSA khusus karena Kaisar nggak imun sesuai anjuran IDAI ya. Nggak ada duitnya lol. Imunnya sesuai buku pinknya Kemenkes (KMS) ajah. Jadi aku nggak pernah konsul sama expert masalah MPASI. Kalau kalian ada yang punya case samaan tentang MPASI (apalagi mengenai pup yang sering susah itu) dan udah konsul ke dokter, aku mau dong dikasih bocoran saran-sarannyaa. Wkwk. Moga anak-anak kita selalu sehat, bahagia, lancar semua-muanya, dan anaknya salih salihat ya buibu. 

Alaala blogger kenamaan-Resolusi NiaHaji, irrasionalGIRL, 2019

Panjang amat yah judulnya. Biar deh. Emang harus gitu kok. Sepanjang daftar resolusi 2019ku. Iya, sepanjang itu. Salah satunya adalah nulis di blog seminggu 2x hari rabu dan sabtu. Tapi kok ternyata kemarin udah rabu dan aku belum nulis. Mundur sehari dimklumi lah yaa. Ibu satu anak tanpa nanny kok yoo. Lol lol lol.

Telat sih ya kalau ngomongin tentang resolusi. 2019 udah mulai jalan 3 hari, mosok baru nulis resolusi. Gak papa sih telat menurutku daripada tidak. Telat-telat juga baru 3 hari. Pembelaan banget, ah. Wahahaha.

Oke, jadi insya Allah aku mau menyiksa diriku keras-keras biar bisa taat sama rupa-rupa resolusi yang udah aku tulis. Doain ya moga bisa konsisten. Karena sepengalan 25 almost 26 tahunku, yang paling susah untuk aku afford adalah KONSISTEN. Sepele kan. Iya, semalas itu aku. Ibu macam sih. Cuuuh banget!!

Berharapnya juga blogku ini membawa faedah gitu ya seiring dengan (berharapnya) kerajinanku menulis. Rencana aku mau mendedikasikan blog ini untuk tjurhatan seputar rumah tangga sih; tentang ibu yang full di rumah bersama anak dan seabrek kerjaan rumah yang gitu-gitu mulu tapi entah gimana kisahnya kok berasa nggak pernah selesai lol.

Selamat menempuh hidup lebih baik semuaaa. Selamat 2019. Yang kemarin belum sempet nulis atau belum kepikiran nulis resolusi, ayo tulis aja sekarang. Cus yaaa. Yang nggak paham apa itu resolusi (aku juga termasuk sih), tulis aja apa yang kalian ingin afford di tahun, apa mimpi kalian, apa hal yang ingin kalian tekuni. Sesepele itu aja. Cus sana tulis.