Rubik frontal ..

on Kamis, 23 Mei 2013


Sekedar  berbagi hasil smart discuss di kost teman siang tadi. Harap maklum, mahasiswa jaman sekarang kaya bagaimana. Kita ngerjain Manajemen Keuangan disambi curhat-curhat gitu. Salah satunya membicarakan perawat dan bidan yang menurut kami kamseupay.
Ini sekedar yang kami tahu hlo ya. Barangkali banyak mbak dan mas perawat, atau mbak bidan yang emang niat ambil jurusan keperawatan ataupun kebidanan. Jadi kuliah pun ditenani sepenuh hati, pinter, nggak kamseupay, dan nggak malu-maluin.

Menurut analisa dari realita yang kami amati, biasanya orang bersedia sekolah di jurusan keperawatan atau kebidanan karena kekuatan kepepet. Kalau keterima di universitas negeri, ngapain sudi sekolah di tempah eyuuh gitu. Salah seorang teman sekelas pernah bercerita pada saya, jika 2 tahun lalu ia tidak diterima di UNS, orang tua menyuruhnya mengambil jurusan keperawatan. Mana mau dia. Akhirnya dia berusaha sekuat tenaga agar diterima di UNS.
Pengalaman lagi, ketika berkunjung di kost salah seorang teman, teman kostnya sekolah di jurusan keperawatan, dan entah bagaimana, menurut teman saya itu, setiap jeda perkuliahan, atau selesai sekolah, mereka luluran berjamaah. Iiih banget kan ya. Jujur aja nih, selama dua tahun kuliah, belum pernah tuh, yang namanya berkunjung ke kost teman kober ngluluri tubuh. Apalagi semester ini, akuntansi kagak nahan deh pokoknya. Mampir kost teman = BELAJAR. (maklumlah ya, perpus jaman sekarang tempat foto-foto dan mejeng mahasiswa aneh. Jadi udah nggak terjaga ketenangannya. Ke perpus itu -kalau saya-, pinjem buku dan keluar. Belajar di tempat yang tenang.)
Lanjut masalah perawat dan bidan.
Seorang teman mas saya sekolah di jurusan kebidanan. Dia ada tugas MEMBUAT makalah tentang apa gitu, lupa saya. Eh, malah dia minta tolong mas saya buat MENCARI alias MENGKOPI makalah dari internet.
Terus cerita lagi, teman mas saya juga. Ujian Negaranya hasil tidak jujur. Cerita panjangnya gini. Ketika ujian negara, mas saya ngasih jawaban ke teman-teman sekelasnya. Ndelalah yang dikasih ke mbaknya itu, mas saya salah nulis. Sadarnya baru setelah ujian selesai. Frustasi bener mbaknya itu. Anehnya begini, kalau orang pinter nih, pasti dikasih jawaban pun dia juga mikir, jawaban yang dikasih itu bener apa enggak. Hla ini orang? Kok yo nggak dicek ulang to mbak? SMA 3 tahun ngapain aja? Non sense banget sih sekolahmu!
Lucu dan uniknya lagi, model orang kaya begitu berani-beraninya daftar PGSD UNS. Mana mungkin keterima. Helllo, PGSD itu saingannya bejibun kakaa’ J

Ada lagi, ini cerita saya pribadi. Teman sekelas saya ketika SMA. Dia tidak bisa mengoperasikan aljabar (bahkan) yang paling sederhana sekalipun. Ketika SNMPTN, dia ambil UNS. Salah satu prodi yang dia ambil sama dengan prodi saya sekarang, Pendidikan Ekonomi. Saya cuma mbatin sih waktu diberi tahu, kok berani ya ambil prodi itu. Hehe. Dan ternyata dia memang nggak keterima. Ujung-ujungnya, dia sekolah di tempat begituan, kebidanan apa keperawatan, kurang  tahu saya. Pokonya di bidang kesehatan deh.

Ini cerita teman saya dan agak menggelitik juga sih. Dia ditanya tetangganya, kenapa kok nggak sekolah di bidang kesehatan. Tetangganya bilang, kan enak sekolah di bidang kesehatan, kesempatan kerjanya banyak. Apa banget nih orang, mending-mending sekolah Guru kalii. Lebih bergengsi. Kalau sama-sama udah jadi PNS gajinya lebih gede. Bisa nyambi buka bimbingan belajar juga. Toh sekarang kalau umpanya bidan buka praktik udah nggak laku. Orang jaman sekarang pinter, mending berobat ke dokter umum daripada ke bidan. Terus, apanya yang dibanggakan dengan perawat dan bidan? Kalau kita FKIP, so why? Apalagi FKIP UNS adalah FKIP terbaik se Jateng-DIY, dan nggak kalah kalau dibanding FKIP lain. Terlebih, menurut Webo Matrix, UNS masuk 10 besar Universitas terbaik di Indonesia. Kalau ranking nya belum ganti diurutan ke 7.
So, kerenan mana, perawat-bidan, apa Guru? Guru dooong J

Cerita lagi, ini mungkin dasarnya orang kampung yang mesakne (biar ketok gahhool dia malah jadi korban pergaulan karena banyak digauli. Ups, jleb :D).
Jadi gini, ini sama-sama anak kebidanan. Sekolah belum lulus, salah satu teman se ganknya ada yang hamil. Temannya berusaha nolong teman yang hamil ini. Caranya gimana coba? Digugurkan sist. Tega amat kan ya. Itu belum lulus hloh. Gimana nanti kalau udah lulus? Mau jadi apa nih orang? Fyuuh ..

Dan, apa juga yang dibanggakan dari seorang perawat? Kerja di rumah sakit, kadang jaga malam, gaji nggak seberapa, gek kerjannya kasar gitu. Maksud saya begini, namanya perawat kan pembantu pasien. Pasiennya ganti infus, yang ngganti perawat. Termasuk kalau mau pipis, yang naruh pispot ke saluran kencing juga perawat. Najong deh ah -_-

Jadi, klonkusi dari smart discuss kami siang tadi,
Perawat itu pembantu di rumah sakit. Sedang bidan, tidak terjamin kualitasnya untuk dimintai saran tentang kesehatan, baik itu mengenai kandungan maupun pengobatan ketika sakit.
So, apanya yang harus dibanggakan?

-Maaf apabila tulisan ini menyinggung banyak pihak. Ini hanya sekelumit cerita yang mengandung penuh tanda tanya bagi kami orang awam yang tidak habis pikir dengan pembantu dunia kesehatan. Mana mungkin dokter mampu menangani semua pasien tanpa bantuan perawat. Tapi kalau perawatnya tidak tenanan dalam mempelajari ilmu keperawatan, mau dibawa kemana dunia kesehatan Indonesia? Ayo mbak dan mas perawat, serta mbak calon bidan yang klincong berseri, buktikan kredibilitasmu, berkontribusi untuk negeri. Nggak cuma moles diri.
Semoga tulisan ini menjadi tamparan perubahan untuk dunia keperawatan dan kebidanan. Lebih selektif dalam menyaring mahasiswa mungkin perlu diterapkan agar tidak semua orang beruang tapi kecil otan dengan mudahnya masuk mengotori nama baik dunia keperawatan dan kebidanan Indonesia-

Saya orang Indonesia, dan saya berkontribusi untuk negara J

witen by @niahaji